December 28, 2007

Arti Kebahagiaan

Pada suatu pagi ketika aku sedang dikampung kelahiranku bertemu dengan seorang teman semasa sekolah Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD). Dulu dikenal sebagai Sekolah Agama karena yang diajarkan di Madrasah hanya pelajaran Agama sedangkan Sekolah SD dikenal sebagai Sekolah Umum. Pada masa itu lulusan Sekolah Agama hanya bisa melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (setingkat SLTP), tidak bisa melanjutkan ke tingkat SLTP seperti SMP, SMEP atau sekolah kejuruan tingkat SLTP lainnya. Waktu itu aku selain sekolah di Sekolah Agama juga sekolah SD agar bisa melanjutkan kesekolah umum tingkat selanjutnya. Pagi pergi sekolah SD dan siang hari sekolah Agama.

Sebetulnya aku tidak ingat sama sekali kalau dia pernah satu sekolah denganku, mungkin karena bukan teman dekat atau jarang main bersama, tapi dia ingat betul denganku. Saat ini usianya sekitar lima puluhan kira-kira 54 atau 55 tahun, dan sudah mempunyai beberapa cucu. Sementara aku, anak yang paling besar saja baru kelas satu SMA dan adiknya yang satu-satunya baru kelas lima SD.

Dia mengaku merasa bahagia dalam kehidupannya walau dalam keadaan apa adanya. Yang menjadi ukuran kebahagian bagiku bukan harta kekayaan tetapi ketenangan dan ketentraman batin, ujarnya. Ketenangan dan ketentraman batin bisa kita dapatkan bila kita selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Masalah rizki jangan terlalu dirisaukan, kita harus yakin setiap orang pasti diberi rizki oleh Allah yang penting ada usaha untuk meraihnya. Berapapun besarnya rizki yang kita peroleh harus selalu disyukuri dan dalam mencarinya harus diniatkan sebagai ibadah. Insya Allah kita akan selalu merasa bahagia, penuh ketenangan dan ketentraman dalam menghadapi kehidupan ini. Begitulah dia ungkapkan kepadaku. Subhanallah ...

December 27, 2007

Belajar Menulis

Aku suka merasa iri bila membaca tulisan orang, kelihatanya begitu lancar dan mengalir begitu saja ide-ide yang mereka tuangkan. Aku ingin bisa seperti mereka, kadang-kadang kucoba menulis tapi rasanya kok susah banget ya. Jari-jariku seperti kaku, tak mampu memainkan keyboard dan mataku hanya bengong menatap monitor yang baru terisi beberapa kata, bukan kalimat lho. Bengong and bengong tidak tahu mau menulis apa.

Aku sudah membaca beberapa buku dan artikel tentang teori menulis, pada umumnya menekankan harus sering latihan atau praktek dan banyak membaca untuk menambah wawasan. Namun harus diingat, sebanyak apapun mempelajari teori tanpa mempraktekkan tidak akan banyak membuahkan hasil, begitu menurut buku yang pernah kubaca.

Oh..., jadi untuk bisa menulis dengan lancar itu harus banyak menulis ya. Lha iya dong, kan pepatah juga mengatakan "alah bisa karena biasa", Kalau mau menjadi penulis ya harus rajin-rajin menulis. Ayo... nulis... nulis... nulis terus. Tapi aku ini banyak malasnya dari pada rajinnya. Oh... kalau itu gampang, cari saja buku teori tentang penangkal kemalasan kemudian baca dan praktekkan.